Menilik Cerita Sejarah Pasar Minggu Jaksel, Banyak Fakta Unik!
Sejarah Pasar Minggu menunjukkan perkembangan sebuah kawasan yang begitu pesat. Berawal dari sebuah pasar tradisional yang hanya buka di hari Minggu, kini menjadi salah satu kawasan penting di Jakarta Selatan. Lalu, bagaimana Pasar Minggu bisa mengalami perubahan yang begitu drastis? Simak ceritanya berikut, yuk!
Asal Mula Nama Pasar Minggu
Sesuai dengan namanya saat ini, Pasar Minggu pada zaman dulu merupakan sebuah kawasan pasar. Pasar ini pun sudah berdiri sejak pertengahan tahun 1800-an, dengan nama Pasar Tandjoeng West. Aktivitas pasar hanya berlangsung pada hari Minggu.
Saat itu, lokasi pasar berada di Kampung Lio yang lokasinya ada di tepi Kali Ciliwung. Wilayah tersebut menjadi bagian dari Distrik Meester Cornelis (Jatinegara). Selanjutnya, lokasi pasar berpindah ke area dekat rel kereta dan terminal bus.
Karena identik sebagai pasar yang beroperasi pada hari Minggu, area ini sebagai Pasar Minggu. Penyebutan tersebut masih berlangsung sampai sekarang dan bahkan menjadi wilayah kecamatan di Jakarta Selatan.
Fakta menarik, tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan secara pasti pergantian nama dari Pasar Tandjoeng West menjadi Pasar Minggu. Namun, banyak ahli sejarah yang menduga kalau pergeseran nama tersebut terjadi karena Pasar Minggu lebih familier di telinga masyarakat dibandingkan Pasar Tandjoeng West.
Pasar Minggu di Era Kolonial Belanda
Pada era penjajahan Kolonial Belanda, Pasar Minggu menjadi sentra buah-buahan segar. Keberadaannya pun melengkapi pasar-pasar tradisional lain yang ada di Jakarta, seperti Pasar Senen, Pasar Rebo, Pasar Selasa (Pasar Koja), ataupun Pasar Sabtu (Tanah Abang).
Pada tahun 1920an, kondisi Pasar Minggu masih sangat sederhana. Bangunan pasar hanya berupa bambu dengan atap dari bahan atep atau daun kelapa dan alang-alang. Masyarakat pun menjadikan Pasar Minggu sebagai lokasi utama untuk belanja kebutuhan buah dalam kondisi segar.
Karena lokasinya yang sudah pindah ke area dekat rel dan terminal bus, suasana pasar kian ramai. Tak hanya pedagang buah, muncul banyak orang-orang Tionghoa yang memperdagangkan beras di Pasar Minggu. Dalam perjalanan sejarah nama Pasar Minggu, tempat ini juga sempat menjadi lokasi judi dadu koprok.
Selain itu, Pemerintah Belanda pun cukup mendukung eksistensi Pasar Minggu sebagai sentra buah. Buktinya, Pemerintah Kolonial Belanda pun membangun kebun percobaan atau laboratorium pertanian. Pada tahun 1930, pemerintah membangun bangunan pasar dengan lantai ubin, tiang besi, serta atap seng.
Seiring dengan ramainya para pedagang, aktivitas jual beli di Pasar Minggu tidak hanya berlangsung di hari Minggu, tetapi setiap hari. Apalagi, pada tahun 1931 terdapat proyek pembangunan jalan aspal yang menghubungkan Pasar Minggu dengan Manggarai.
Pada masa akhir Pemerintahan Kolonial Belanda, Pasar Minggu berstatus sebagai kelurahan. Wilayahnya masih menjadi bagian dari Distrik Meester Cornelis. Terdapat cukup banyak bangunan tua peninggalan Belanda dan bahkan kantor polisi yang ada di wilayah Pasar Minggu.
Perkembangan Pasar Minggu Setelah Kemerdekaan
Sejarah Pasar Minggu berlanjut setelah Indonesia merdeka. Pasar ini masih eksis sebagai sentra buah-buahan segar di Jakarta. Hanya saja, perhatian pemerintah terhadap Pasar Minggu sebagai sentra buah-buahan sangat minim.
Oleh karena itu, tak heran kalau keberadaan Pasar Minggu sebagai pasar buah berlangsung tidak lama. Reputasi Pasar Minggu sebagai pusat perdagangan buah-buahan hanya berlangsung hingga tahun 1970an.
Meski tak lagi menjadi pusat buah-buahan segar, Pasar Minggu terus berkembang. Bahkan, Pasar Minggu menjadi salah satu pasar yang ramai di Kota Jakarta. Pasar Minggu menjadi destinasi bagi masyarakat yang ingin belanja berbagai kebutuhan sehari-hari.
Pasar Minggu di Era Modern
Perjalanan sejarah Pasar Minggu di era modern berlangsung begitu pesat. Bahkan, sejarah nama Pasar Minggu tidak hanya merujuk pada keberadaan sebuah pasar. Pasar Minggu bertransformasi menjadi sebuah kecamatan.
Tahun 1990 menjadi awal mula sejarah Kecamatan Pasar Minggu yang merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Jagakarsa. Wilayah Pasar Minggu mencakup beberapa kelurahan seperti Tanjung Barat, Lenteng Agung, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Ciganjur, dan Cipedak.
Kondisi Pasar Minggu pun sudah berubah drastis. Tidak hanya menjadi area pasar. Pasar Minggu telah berkembang menjadi salah satu pusat keramaian yang sangat penting di Jakarta Selatan. Bahkan, banyak kantor perusahaan serta pemerintah yang berdiri di wilayah ini.
Selain itu, fasilitas publik juga tersedia sangat lengkap di Pasar Minggu. Di sini, Anda bisa menemukan keberadaan Stasiun Pasar Minggu, Terminal Bus Pasar Minggu, serta akses Jalan Raya Pasar Minggu yang setiap hari ramai oleh lalu lalang kendaraan bermotor dari berbagai penjuru Kota Jakarta.
Cerita sejarah nama Pasar Minggu yang begitu menarik ini perlu menjadi pengetahuan umum bagi setiap warga Jakarta. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyampaikannya kepada publik. Salah satunya, bisa dengan mencetak brosur cerita sejarah di Wellen Print dan membagikannya kepada masyarakat.
Dengan kualitas hasil cetak yang bagus, orang-orang bisa membaca cerita asal mula Pasar Minggu dengan antusias tinggi. Alhasil, kisah sejarah Pasar Minggu di masa lalu pun bisa lebih diketahui oleh banyak orang.
Post a Comment