Sejarah Asal-Usul Tangerang, Bermula dari Salah Pelafalan Kata!
Tangerang dengan sebutan sebagai Kota Benteng saat ini menjadi salah satu wilayah yang berkembang pesat di Banten. Dalam sejarahnya, Tangerang memiliki banyak fakta menarik. Bahkan, asal-usul Tangerang bermula dari kesalahan pelafalan kata. Kok bisa?
Anda tentu penasaran bagaimana pelafalan kata menjadi bagian dari sejarah Kabupaten Tangerang, kan? Simak penjelasan lengkapnya, ya.
Asal Usul Nama Tangerang
Cerita tentang kisah nama Tangerang sudah berlangsung sejak lama. Sejarahnya pun bermula dari masa Kesultanan Banten yang kala itu tengah berperang melawan VOC Belanda. Pada awalnya, Tangerang disebut sebagai daerah Untung Jawa dan sempat pula mendapatkan sebutan sebagai Kota Benteng. Hingga akhirnya, menjadi Tangerang.
Sejarah Awal dan Nama Tangerang
Istilah Tangerang bermula dari pendirian tugu setinggi 2,5 meter oleh Pangeran Soegiri yang merupakan putra Sultan Ageng Tirtayasa pada 1654 Masehi. Masyarakat menyebut tugu yang berada sekitar 500 meter dari bantaran Sungai Cisadane dengan nama Tanggeran atau Tetengger. Artinya, penanda.
Pembangunan Tanggeran tersebut tujuannya adalah untuk menandai batas wilayah Kesultanan Banten dengan VOC Belanda. Saat itu, wilayah yang sekarang dikenal sebagai Tangerang memiliki sebutan sebagai Untung Jawa. Kesultanan Banten menguasai wilayah sebelah barat Sungai Cisadane dan VOC bagian timur.
Selanjutnya, pada 17 April 1684 VOC Belanda berhasil menguasai wilayah Kesultanan Banten yang saat itu berada di bawah pimpinan Sultan Haji atau Sultan Abunnashri Abdul Kahar. Pada masa ini, VOC pun mendatangkan warga pribumi dari Madura dan Makassar untuk menempati wilayah Banten.
Keberadaan pribumi dari Makassar menjadi asal-usul Tangerang. Dalam kesehariannya, masyarakat dari Makassar tidak mengenal huruf mati dan mengalami kesulitan melafalkan Tanggeran. Mereka pun melafalkannya dengan kata Tangerang. Kesalahan ini pun berlanjut sampai sekarang.
Tangerang di Zaman Kolonial Belanda
Belanda tidak serta merta berhasil menguasai seluruh wilayah di sekitar Sungai Cisadane. Terjadi pertempuran sengit antara Kesultanan Banten dengan VOC Belanda. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Kesultanan Banten dipimpin Tiga Maulana yakni Tumenggung Aria Wangsakara, Aria Yudhanegara, dan Aria Jaya Santika.
Tiga pemimpin tersebut membangun benteng pertahanan di wilayah yang sekarang menjadi daerah Tigaraksa. Namun, kepemimpinan Tiga Maulana akhirnya tumbang pada tahun 1684. Melalui perjanjian antara kedua belah pihak, VOC Belanda memaksa untuk menguasai keseluruhan wilayah Tangerang.
Tiga Maulana tewas dalam pertempuran melawan VOC Belanda. Aria Santika meninggal pada tahun 1717 di Kebon Besar. Aria Yudhanegara dan Aria Wangsakara wafat pada 1718, masing-masing di Cikolol dan Ciledug. Perjuangan Tiga Maulana tersebut pun membuat Tangerang mendapatkan sebutan sebagai Kota Benteng.
Sebagai bentuk kekuasaannya, VOC Belanda kemudian menunjuk seorang bupati untuk menjadi perwakilan VOC Belanda di Tangerang. Sosok yang kemudian dipilih menjadi bupati adalah Kyai Aria Soetadilaga. Dalam catatan sejarah Kabupaten Tangerang, Kyai Aria Soetadilaga I-VII memerintah wilayah ini pada rentang 1682-1809.
Setelah tahun 1809, VOC Belanda menganggap para keturunan Kyai Aria Soetadilaga tak lagi memiliki kemampuan dalam memimpin wilayah Tangerang. Akhirnya, VOC kemudian menghapus pemerintahan di Tangerang dan memindahkannya ke Batavia. Sebagian area tanah di Tangerang pun dijual kepada orang-orang kaya di Batavia.
Tangerang Pasca Kemerdekaan
Ketika Pemerintah Belanda tumbang dan digantikan oleh Jepang, status Tangerang pun berubah. Kota Tangerang tak lagi berada di bawah Batavia dan statusnya menjadi kabupaten.
Bersama dengan keputusan tersebut, Jepang juga menunjuk Atik Soeardi menjadi Wakil Kepala Gunseibu Jawa Barat dan Raden Pandu Suradiningrat sebagai Bupati Tangerang. Masa jabatannya berlangsung singkat, 1943-1944.
Pada tahun 1945, Indonesia merdeka. Tangerang pun menjadi bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat. Saat itu, wilayah Kabupaten Tangerang meliputi 3 kecamatan, yakni Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Serang, dan Kecamatan Tangerang.
Dalam perjalanannya, ada cerita menarik terkait sejarah laksa Tangerang yang muncul sekitar tahun 1970-an. Saat itu, banyak pedagang laksa keliling di Tangerang. Laksa tangerang pun beda dengan laksa di kota lain, memiliki kuah kental dan berbagai jenis campuran seperti bihun, tauge, ayam suwir, ketupat, udang, dan telur rebus.
Perkembangan Tangerang Seiring Waktu
Setelah menjadi bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Tangerang terus mengalami perubahan. Wilayah Kabupaten Tangerang yang sangat luas, terbagi menjadi tiga, yakni Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan atau Tangsel.
Sejarah Kabupaten Tangerang yang terbagi jadi tiga wilayah itu bermula tahun 1986. Pemerintah melakukan pemekaran wilayah, membagi Kabupaten Tangerang menjadi dua, yakni Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.
Selanjutnya, muncul pula sejarah Tangerang Selatan pada 2008. Pemerintah membentuk Kota Tangerang Selatan secara terpisah dari Kabupaten Tangerang. Alhasil, wilayah Tangerang Raya terdiri dari 3 wilayah administratif.
Dalam proses perjalanan sejarahnya, wilayah Tangerang berkembang sangat pesat. Kebijakan terkait pemekaran wilayah pun semakin mendorong masing-masing daerah untuk berkembang.
Kabupaten Tangerang pun mendapatkan sebutan sebagai kota seribu industri. Muncul beberapa kawasan industri di wilayah ini, termasuk di antaranya adalah Kawasan Industri Millenium, Kawasan Industri Cikupa Mas, dan Jatake.
Di waktu yang sama, Kota Tangerang mengalami perubahan yang tak kalah pesat. Infrastruktur wilayah Kota Tangerang mendapatkan perbaikan secara signifikan. Pusat perdagangan dan sarana transportasi membuat warga Kota Tangerang bisa beraktivitas dengan lebih nyaman.
Kota Tangsel yang relatif masih baru berdiri pun mengalami perubahan tidak kalah positif. Infrastruktur terus mengalami perbaikan. Pemerintah melakukan pembangunan jalan raya serta fasilitas publik untuk menunjang kelancaran aktivitas masyarakat.
Sangat menarik menyimak perjalanan sejarah asal-usul Tangerang, bukan? Pengetahuan ini pun menjadi bagian penting dari masa lalu yang tak boleh dilupakan. Oleh karena itu, pihak-pihak terkait perlu membagikannya secara luas kepada publik dengan berbagai cara, misalnya melalui brosur atau website.
Pembuatan website harus dilakukan dengan serius. Demikian pula untuk cetak brosur. Jangan pakai jasa cetak sembarangan. Pilih layanan yang berkualitas seperti Wellen Print. Dengan begitu, hasil cetaknya bagus dan informasi di dalamnya bisa dibaca dengan mudah.
Post a Comment