call us:   0811-969-0809

Follow us:





Wellen Print
MarketingMenilik Sejarah Perayaan Imlek di Indonesia Sebagai Warisan

Menilik Sejarah Perayaan Imlek di Indonesia Sebagai Warisan

Imlek menjadi tradisi penting bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia. Saat ini, masyarakat Tionghoa pun dapat merayakannya secara meriah dengan berbagai tradisi. Lalu, bagaimana sejarah perayaan Imlek di Indonesia berkembang sampai sekarang hingga memunculkan berbagai tradisi unik di dalamnya?  

Asal Usul Perayaan Imlek

Sejarah Perayaan Imlek menjadi tradisi turun-temurun yang sudah diselenggarakan oleh orang-orang China sejak zaman dulu. Bahkan, ada yang mempercayai kalau perayaannya sudah berlangsung sejak Dinasti Shang (1600-1046 SM). 

Dalam kepercayaan masyarakat China, perayaan Imlek sangat kental dengan cerita legenda. Menurut cerita tersebut, konon ada monster bernama Nian yang hidup pada masa ribuan tahun lalu. Monster ini menyerang rumah-rumah penduduk setiap hari perayaan tahun baru. 

Selanjutnya, seorang tua bijaksana mengatakan kalau Nian takut dengan cahaya terang, suara keras, dan warna mewah. Sejak itulah, masyarakat China menggunakan berbagai benda berwarna merah seperti lentera di depan pintu. Nian pun tidak pernah terlihat lagi sejak itu. 

Imlek di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya

Sejarah Imlek di Indonesia begitu dinamis. Orang-orang Tionghoa menjejakkan kaki pertama kali ke wilayah Asia Tenggara sejak abad ke-3. Proses migrasi tersebut pun disertai dengan penyebaran budaya Tionghoa, termasuk di antaranya adalah perayaan Imlek di Indonesia. 

Pada masa setelah kemerdekaan, Presiden Soekarno memberikan pengakuan terhadap eksistensi terhadap masyarakat Tionghoa. Sebagai buktinya, Pemerintah Soekarno mengakui perayaan 4 hari raya orang Tionghoa, yakni wafatnya Khonghucu, Ceng Beng, Tahun Baru Imlek, serta hari lahirnya Khonghucu. 

Memasuki masa orde baru, pemerintah menerapkan aturan berbeda. Aturan terkait perayaan Imlek tertulis dalam Inpres No. 14/1967. Inpres tersebut menjadi sejarah perayaan Imlek di Indonesia yang kelam. Lewat aturan ini, pemerintah membatasi perayaan tradisi masyarakat Tionghoa.

Perayaan Imlek memang masih diperbolehkan. Hanya saja, pelaksanaannya dilakukan secara terbatas. Masyarakat Tionghoa boleh melaksanakannya secara tertutup dan hanya dalam lingkup keluarga. Kebijakan ini berkaitan erat dengan pelarangan partai komunis serta ajaran komunis oleh pemerintah. 

Sejarah perayaan Imlek di Indonesia berubah drastis ketika memasuki Pemerintahan Presiden Gus Dur. Lewat Keppres No. 6 tahun 2000, Presiden Gus Dur melakukan pencabutan terhadap aturan Inpres No.14 tahun 1967. Lewat pencabutan ini, masyarakat Tionghoa pun bisa lebih bebas berekspresi. 

Orang-orang Tionghoa bisa secara bebas menyelenggarakan adat istiadat warisan nenek moyang. Termasuk di antaranya adalah merayakan Imlek. Bahkan, Khonghucu menjadi salah satu agama dan kepercayaan yang diakui oleh pemerintah. 

Pada tahun 2001, pengakuan terhadap kebudayaan Tionghoa semakin menguat. Hal tersebut dibuktikan dengan dijadikannya Hari Raya Imlek sebagai salah satu hari libur nasional. Masyarakat pun bisa merayakan Imlek tanpa ada rasa takut maupun berbagai bentuk pembatasan.   

Tradisi dan Rangkaian Kegiatan Perayaan Imlek di Indonesia

Imlek merupakan salah satu hari raya penting bagi masyarakat Tionghoa. Oleh karena itu, tak heran kalau perayaannya berlangsung sangat panjang, selama 16 hari. Dalam pelaksanaannya, ada rangkaian acara dan tradisi dalam setiap perayaan Imlek, di antaranya:

  • Bersih-bersih rumah. Masyarakat Tionghoa percaya kalau aktivitas membersihkan rumah merupakan cara untuk menghapus nasib buruk di tahun lalu. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi persiapan menyambut tahun baru. 
  • Menggantung lentera. Penggunaan lentera berwarna merah di depan rumah dianggap sebagai lambang keberuntungan. Selain itu, keberadaannya juga dipercaya bisa mengusir roh jahat. 
  • Persembahan untuk leluhur. Orang-orang Tionghoa memiliki tradisi untuk selalu memberi penghormatan kepada para leluhur. Caranya beragam, bisa berupa kunjungan ke makam leluhur atau menyiapkan persembahan. 
  • Berkumpul bersama keluarga. Tradisi wajib yang selalu ada dalam setiap perayaan Imlek adalah berkumpul dengan keluarga besar. Di sini, mereka akan berkumpul sambil menyantap hidangan. 
  • Bagi-bagi angpao. Tradisi yang tidak pernah lepas dari perayaan Imlek adalah berbagai angpao. Pemberiannya biasanya ditujukan kepada anak-anak serta mereka yang masih belum menikah. 
  • Menyalakan kembang api dan petasan. Setiap perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa selalu meramaikannya dengan kembang api dan petasan. Mereka percaya kalau suara ribut dari petasan maupun kembang api, dapat mengusir monster Nian yang ada dalam legenda. 
  • Tarian barongsai. Tak ketinggalan, Anda juga bisa menjumpai pementasan tarian barongsai dalam setiap perayaan Imlek. Orang-orang Tionghoa percaya kalau tarian ini dapat memberikan manfaat dalam mendatangkan keberuntungan. 

Berbagai Jenis Ukuran Angpao IMlek serta Tips Memilihnya

Imlek dan Komersialisasi: Angpao sebagai Tradisi yang Terus Berkembang

Saat ini, Imlek tidak hanya menjadi hari raya milik masyarakat Tionghoa. Bahkan, masyarakat Indonesia turut serta merayakan tahun baru Cina secara luas. Oleh karena itu, tak heran kalau tempat-tempat umum menjadi ramai dengan nuansa warna merah dan emas ketika memasuki Imlek. 

Menariknya, tradisi berbagi angpao juga kian meluas. Tidak hanya oleh mereka yang merupakan orang Tionghoa, tetapi juga masyarakat Indonesia dari suku lain. Sebagai buktinya, banyak orang yang membagikan angpao ketika memasuki perayaan Natal maupun Hari Raya Idul Fitri. 

Dalam upaya meramaikannya, Anda pun bisa menggunakan berbagai jenis angpao untuk dibagikan. Apalagi, saat ini ada cara praktis untuk cetak amplop Imlek unik di Wellen Print. Jadi, Anda bisa berkreasi dalam menciptakan angpao untuk dibagikan kepada orang-orang terdekat.

Post a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Hello 👋
Can we help you?